Senin, 15 Desember 2014

Dormitory Al- Fattah Man 2 samarinda



Adzan Menyesatkan


Tulisan ini saya teruskan,di mana tulisan ini di buat oleh ustadz kebanggan kami Ustadz Dani Rahman. terima kasih untuk ustadz dani rahman.

Kubuka mataku perlahan. Sayup sayup kudengar suara adzan berkumandang dari arah luar jendela. ah sudah subuh, pikirku dalam hati. Sebenarnya mataku masih berat mengantuk karena malam tadi tidur agak larut. Tapi kupaksa mendudukkan diri di dipan untuk loading memory menyadarkan diri. Beberapa menit kemudian, pintu kamarku diketuk seseorang. “Ustadz! minjam kunci!”. terdengar suara dari balik pintu. Hmm… kayaknya itu suara Roid anak kelas 11. dia biasa bangun pagi lebih awal untuk adzan di masjid Al-jihad yg masih satu komplek dengan asrama sekolahan ini. kalau bukan dia, pasti si Amin teman sekamarnya. Keduanya memang sudah terbiasa bangun cepat ketimbang yang lain. Tak jarang kutemukan mereka sedang makan sahur atau salat di penghujung malam. “Ya, sebentar!”, sahutku.

segera kuraih baju kaos yang menggantung di dinding kamar, kubuka pintu dan mengulurkan tangan menyerahkan kunci pintu depan asrama yang memang selalu dikunci setiap malamnya. Dan ternyata itu memang si Roid. Aku kembali masuk kamar sekadar mencuci muka dan segera bersiap siap berkeliling membangunkan anak-anak untuk salat subuh berjamaah.

Beberapa menit kemudian aku sudah berada di luar kamar. Pertama-tama lampu ruang depan bawah kunyalakan. Ruangan bawah asrama dan koridor yang awalnya gelap itu kini menjadi lebih terang. Layaknya telah terprogram otomatis, setelah itu mataku selalu saja menengok jam dinding yang terpasang di dinding tangga asrama menuju lantai dua. tapi kali ini tidak biasanya aku jadi mengerinyitkan dahi. Ada yang aneh pada jam itu. Jarum pendeknya mengarah ke angka tiga. heee?? kok jam tiga? apa jamnya mati? batinku saat itu.

“Allahu akbar Allahu akbar!!”. terdengar dari kejauhan suara Roid mulai mengumandangkan adzan lewat pengeras suara masjid. Aku tak menyaksikan setan-setan itu berlarian. aku jadinya malah kembali masuk kamar. kali ini dengan sedikit berlari tergesa ketika menyadari jam dinding itu memang tidak mati. satu-satunya yang bisa kuandalkan tentang keakuratan waktu saat itu adalah jam di hapeku saja. dan yup ternyata memang masih jam tiga lewat sedikit. kuurungkan pastinya niat berpusing-pusing ria menggedor kamar anak anak. Sebaliknya aku berlari keluar menuju masjid al jihad yang berjarak sekitar 50 meter dari asrama. di otakku saat itu cuma berkata, aku harus kasih tahu Roid kalau ini belum subuh!! Kasihan dia…

setelah beberapa meter aku berlari, baru kusadari kalau aku tidak mendengar lagi suara Roid membahana. Adzannya terputus. Rasa dingin mulai merayap tubuhku yg tak kurus lagi. Tak dianya tiba tiba di belokan pertama dekat gerbang sekolah aku menjumpainya berjalan perlahan pulang menuju asrama.

“Belum subuh, Roid!”, kataku sambil menahan tawa. “iya ustadz. tadi juga ada ustadz Farid datang menegur saya”. kami pun balik ke asrama dengan senyam senyum geli. rupanya suara adzan yang sama-sama membangunkan kami berasal dari arah GOR Segiri yang tak jauh dari jalan Harmonika dimana MAN 2 dan MTsN Model ini beralamat. kalau tidak salah disana ada acara pelepasan rombongan haji pagi dini hari itu… dan memang ada adatnya dimana jamaah haji dilepas pergi dengan kumandang adzan…


fiuh... one of unforgettable memories in Al Fattah dormitory. ^_^

hampir setahun meninggalkan asrama Al Fattah dan sekolahan MAN 2 Samarinda. arigatou minna... 
kam ana musytaq ilaikum wa kam ana ma ziltu roghiban jiddan an akuna mudarrisan hunaka aw fi ayyi madrasatin yaumam ma…

Sabtu, 13 Desember 2014

Balikpapan Bershalawat Bersama Habib Shech Part 1


Sehabis shalat magrib ku bebaring di atas kasur sembari meringankan badan setelah lelah seharian kuliah. Sambil menunggu adzan isya, ku sempatkan refresing sejenak bermain game melalui ponselku. Adzan isya pun tiba, aku mulai menyudahi permainan ku, aku shalat di kost entah kenapa terasa berat ke masjid, bukan untuk di tiru ya hehe. Setelah melaksanakan shalat isya di kost-kostan segera ku bersiap ke majelis shalawat yang di adakan PT. Pelangi Putera Mandiri yang bertemakan Balikpapan bershalawat. Adapun yang di undang dalam acara ini almukaram habib syech bin abdul qodir assegaf dari solo beserta majelisnya, adapun tamu undangan lainya adalah bapak walikota,para pimpinan pondok pesantren yang ada di Balikpapa, para ulama dan habaib dan para tamu undangan jamaah shalawat yang ada di Balikpapan dan sekitarnya.

Di antara pimpinan pondok yang hadir ada KH. Abdurrahman Hasan pimpinan pondok pesantren asy-syfa balikpapan yang di mana pondok ini adalah pondok yang pernah aku tempatin dulu selama 3 tahun. Sang moderator membacakan susunan acara, adapun sambutan yang di berikan dari pendiri PT.Pelangi Putera Mandiri dan Bapak Walikota Balikpapan. Setelah itu sang habib memulai melantunkan syair shalawat yang di kombinasi dengan syair bahasa Indonesia membuat para jamaah lebih memaknai dan memahami isinya. Lantunan yang habib senandungkan tambah nikmat di dengar ketika  para majelis menabuh alat rebana, jadi terasa lebih pas dan mantap. Aku sedikit lupa dengan syair shalawat yang dulu pernah aku lantunkan di pondok, dulu biasanya habsyan seperti ini aku lakukan seminggu 1 kali di pondok. Tetapi tidak semuanya aku lupa, aku masih bisa mengingat dan mengikuti beberapa lantunan shalawat yang di imami oleh habib.

Habib pun mengistirahatkan kami untuk sedikt rehat sejenak sembari habib memberikan sebuah cerita. Cerita yang di berikan habib seperti ini , ada seorang mandor dan pekerja,si mandor berada di atas gedung dan si pekerja berada di bawah gedung.

Mandor  : Memangil-mangil anak buahnya yang ada di bawah

Pekerja   : Tidak mendenagar suara mandor karena kebisingan yang ada di bawah

Mandor   : Karena si pekerja tidak mendengar, si mandor melemparkan uang logam Rp 100 ke bawah

Pekerja   : Pekerja melihat uang itu jatuh tapi tidak menoleh untuk melihat siapa yg menjatuhkanya.           Pekerja itu malah mengantongi uang itu

Mandor   : Karena pekerja tidak menoleh si mandor menjatuhkan uang Rp 100.000


Pekerja   : Lagi-lagi si pekerja hanya mengantongi uang itu, tanpa menoleh sedikitpun

Mandor   : Sedikit jengkel si mandor, akhirnya mandor menjatuhkan uang 1 jt


Pekerja   : Pekerja langsung mengambilnya dan mengucapkan Alhamdulillah tanpa menoleh sedikit pun

Mandor   : Karena mandor sudah jengkel ia mengambil batu berukuran sedang, lalu melamparkan ke seorang pekerja

Pekerja   : Setelah mendarat batu di kepalanya baru sang pekerja menoleh keatas.

Adapun filosofi yang bisa kita ambil dari sebuah cerita tadi adalah ketika pekerja di beri kenikmatan yang di misalkan dengan uang tadi, si pekerja tidak pernah menoleh sedikitpun, yang memberi dan menjatohkan itu siapa bahkan sampai beberapa kali di berikan nikmat tidak menoleh. Tetapi ketika si pekerja ini di beri musibah yang di misalkan batu tadi baru si pekerja menoleh ke atas. Inilah kebanyakan sifat manusia di saat lapang kita lupa dengan sang pencipta yaitu ALLAH SWT, tetapi disaat sempit baru kita ingat ALLAH SWT. Mari sama-sama kita sebagai orang mukmin mensyukuri nikmat ALLAH SWT disaat lapang maupun sempit, ALLAH pemilik alam semesta ini jadikan sandaran diri kita untuk menuju akhirat yang kekal.

Mudah-mudahan cerita di atas bisa membuka hati dan jiwa kita agar selalu dekat dengan ALLAH SWT. Cerita dari habib  belum  selesai, masih ada lanjutanya. Insya allah untuk beberapa hari akan keluar. Terima kasih bagi yang sempat membaca artikel ini semoga bisa menjadi amal ibadah bagi kita semua.

                                                                                                              Creted by Ahmad Roid Faisal Faruq